Tahun 2022 ini dinilai oleh Sufiyanto yang merupakan Direktur Republic Intitute, menjadi tahun pengenalan tokoh-tokoh yang terdapat potensi yntuk maju di pemilahan Presiden 2024.
“Tahun pengenalan bagi mereka dan targetnya meraih popularitas tinggi,” ujarnya.
Saat ini semakin banyak tokoh politik yang memiliki potensi untuk maju mencalonkan diri sebagai calon presiden dengan memajang gambar-gambar ataupun baliho yang tersebar pada sejumlah daerah di Tanah Air. Sebut saja seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan hingga Ridwan Kamil.
Bahkan Ridwan Kamil bukan hanya sekedar memasang baliho-balihonya di beberapa wilayah, namun ia juga melakukan kunjungan ke Jawa Timur dan diyakini sebagai kampanye.
Sufiyanto menilai kalau langkah yang dilakukan oleh Ridwan Kamil adalah langkah yang wajar, ini karena Jawa Timur dinilai sebagai daerah yang strategis untuk mendapatkan suara pemilih bagi Ridwan Kamil
Bukan itu saja, di Jawa Timur dinamika politik semakin terasa dan berkembang dengan kuat. Bahkan tidak sedikit tokoh politik yang mencoba untuk mencalonkan diri.
“Pengenalan identitas yang khas bisa menjadi modal kuat,” ucapnya.
Ada pula pendapat dari Suko Widodo, Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga, menilai kalau Ridwan Kamil melakukan marketing politic, hal ini karena dirinya mempromosikan diri sebagai sosok yang mengajak Indonesia untuk bisa menjadi negara juara. Ia juga menganggap kalau ini adalah hal yang wajar.
“Tujuannya tentu untuk pengenalan dan menarik perhatian atau simpati masyarakat,” kata Sukowi, sapaan akrabnya.
“Pak Ganjar, Pak Anies dan Pak RK beberapa kali datang. Tak hanya berupaya memperebutkan suara, tapi di Jatim juga belum muncul tokoh yang menonjolkan diri sebagai peserta kontestasi politik pada Pemilihan Presiden 2024,” tuturnya.
Ngasiman Djoyonegoro yang merupakan pengamat intelijen mengatakan kalau Indonesia saat ini perlu untuk memperkuat intelijen digital agar bisa melakukan antisipasi persaingan antara partai dan juga suhu politik yang saat ini semakin memanas.
“Meskipun tidak ada pilkada sepanjang tahun ini, ada sejumlah hal yang patut diwaspadai,” kata Simon.
Ada banyak hal yang perlu menjadi perhatian serius di tengah panasnya politik saat ini, salah satunya adalah mulai digodoknya politik populisme dari para pendukung.
Penguatan intelijen juga dirasa penting untuk bisa semakin memperkuat transformasi digital dan juga ancamannya di Indonesia yang merupakan dampak dari pandemi COVID-19.
“Pencurian data pribadi, rekrutmen terorisme secara daring, hingga penyerangan siber yang akan makin intensif dan meluas spektrumnya pada tahun 2022,” ucapnya.
Simon juga memiliki pandangan kalau penguatan ini bisa menjaga integritas nasional. Ada beberapa lembaga global dan juga nasional yang melaporkan kalau ada peningkatan ketimpangan sosial selama pandemi beralngsung. Ini pun mencerminkan polarisasi tingkat ekonomi yang ada di masyarakat.
“Dikhawatirkan situasi ini akan dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk memecah belah bangsa Indonesia,” tutur Simon.
“Antisipasi serangan terhadap pertahanan negara di dunia siber akan menjadi tren ke depan. Aktor-aktor negara dan nonnegara berlomba-lomba untuk melakukan serangan demi mengumpulkan uang untuk mendukung operasi mereka, bisa terorisme, senjata pemusnah massal, atau peperangan,” kata Simon.